Bursa Ekuitas Eropa Tersungkur Didorong Laporan Kinerja yang Suram; FTSE London Perkasa
Friday, April 26, 2024       03:28 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Eropa melorot, Kamis, tersengat laporan keuangan yang suram dari raksasa consumer Nestle dan perusahaan pembayaran digital Belanda Adyen, sementara sentimen juga terpukul menyusul lemahnya data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
Indeks pan-Eropa STOXX 600 ditutup melemah 0,64% atau 3,23 poin menjadi 502,38, setelah jatuh sebanyaknya 1,3%, sejalan dengan penurunan saham global, demikian laporan  Reuters  dan   CNBC ,  di Bengaluru, Kamis (25/4) atau Jumat (26/4) dini hari WIB.
Bursa regional utama juga berguguran. Di Jerman, Indeks DAX turun 0,95% atau 171,42 poin menjadi 17.917,28 dan CAC Prancis menyusut 0,93% atau 75,21 poin menjadi 8.016,65.
Melawan tren yang lebih luas, Indeks FTSE 100 Inggris menyentuh rekor tertinggi, dipimpin lonjakan 16,1% pada raksasa tambang Anglo American karena tawaran pembelian dari BHP Group. FTSE ditutup menguat 0,48% atau 38,48 poin menjadi 8.078,86.
Sektor industrial goods kehilangan 1,8%, memimpin penurunan sektoral, karena Adyen merosot 18,4% setelah penjualan kuartal pertama lebih rendah dari perkiraan dan kekhawatiran analis mengenai biaya yang dikumpulkan berada pada titik terendah sepanjang masa.
Nestle anjlok 2% setelah perusahaan makanan kemasan terbesar di dunia itu meleset dari perkiraan pertumbuhan penjualan organik pada kuartal pertama, sehingga menyeret sektor makanan dan minuman menyusut 1,1%.
Setelah tanda-tanda pemulihan awal pekan ini, indeks STOXX 600 mencapai titik volatile karena investor menilai dampak rekor suku bunga tertinggi terhadap kinerja perusahaan, kendati tetap yakin akan penurunan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) pada Juni.
Teknologi juga melorot 1%, mengikuti penurunan tajam rekan-rekannya di Amerika setelah Meta Platforms memberi isyarat bahwa investasi mereka yang mahal terhadap AI akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membuahkan hasil.
Memperkuat sentimen tersebut, data menunjukkan perekonomian AS tumbuh pada laju paling lambat dalam hampir dua tahun, namun akselerasi inflasi mendorong ekspektasi bahwa Federal Reserve tidak akan menurunkan suku bunga sebelum September.
"Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai stagflasi di AS, yang tidak ingin dipikirkan oleh investor ekuitas," kata Steve Sosnick, Chief Strategist Interactive Brokers.
"Jika ada masalah di negara dengan perekonomian terbesar itu, ini akan berdampak pada perekonomian negara lain yang saling terkait...Perekonomian Eropa dan AS sangat bergantung satu sama lain."
Sementara itu, Isabel Schnabel, perumus kebijakan ECB, mengatakan tahap akhir untuk mengembalikan inflasi zona euro ke 2% akan penuh tantangan, dengan erosi produktivitas, serta biaya jasa yang tinggi, yang merupakan salah satu risiko terbesar.
Di antara saham-saham lainnya, perusahaan penyulingan Finlandia, Neste, ambles 13% setelah laba operasional kuartal pertama meleset dari ekspektasi.
Hermes tersungkur 2,4% karena investor membukukan keuntungan bahkan ketika produsen tas Birkin itu melaporkan lonjakan penjualan kuartal pertama sebesar 17%. Rekan-rekannya, LVMH dan Richemont, juga masing-masing kehilangan 2,8% dan 1,2%.
Sektor luxury good yang lebih luas anjlok 1,7%.
Produsen perangkat lunak Prancis, Dassault Systemes, tergelincir 4,2% menyusul laporan keuangan kuartal pertama.
Sabadell Spanyol melambung 7,6% setelah memperkirakan lending income akan terus tumbuh pada 2024, sementara Deutsche Bank melejit 8,2% menyusul peningkatan laba kuartal pertama yang lebih baik dari perkiraan. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM